dc.description.abstract | Produksi brake coupling mengalami kegagalan produk dengan persentasi tertinggi dari produk lain yang diproduksi pada sarana perkeretaapian. Persentasi tertinggi produk brake coupling yaitu 7.41% jauh diatas batas toleransi yang telah ditentukan perusahan yaitu 1.25%. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada proses produksi brake coupling untuk mengetahui pengendalian yang dilakukan PT. Pindad (Persero) guna menjaga kualitasnya, mengetahui penerapan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada produksi brake coupling, serta untuk mengetahui perbandingan angka kecacatan sebelum dan sesudah penerapan FMEA. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan tools berupa diagram alir untuk mengetahui pengendalian kualitas yang dilakukan PT. Pindad (Persero), Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk menghasilkan nilai RPN pada setiap mode kegagalan dan menentukan usulan perbaikan. Tabel perbandingan untuk mengetahui penurunan kecacatan yang terjadi sebelum dan setelah penerapan FMEA. Dari hasil penelitian ini pengendalian kualitas pada PT.Pindad dilakukan melalui 3 tahapan yaitu inspeksi penerimaan bahan baku, inspeksi hasil casting, dan inspeksi hasil akhir. Nilai RPN tertinggi 392 pada proses inspeksi hasil casting karena belum ada mesin untuk mendeteksi kecacatan hasil casting, setelah adanya perbaikan berupa, melakukan pengawasaan pada karyawan saat melakukan pembersihan cairan logam, dan pembersihan bahan baku casting sebelum peleburan didapat nilai RPN baru 100 dan jumlah kecacatan tertinggi menjadi 0.87%. Peneliti menyarankan perusahaan untuk menekankan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada terhadap karyawan, melakukan pengadaan berupa mesin pendeteksi kebocoran komponen logam dan memilih pemasok bahan baku sesuai standar. | en_US |